Selasa, 09 Oktober 2012

Kasus NCP Diabetes Mellitus


BAB  I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
                  
                   Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti  makanan yang mengandung  tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti  kebiasaan merokok dan minum-minum keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
                   WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan Diabetes Mellitus di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu, pemahaman faktor resiko Diabetes Mellitus sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya. (Depkes.go.id, 2012).
                   Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat Diabetes Mellitus  pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, Diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. (Depkes.go.id,2012).
                        Penderita Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan untuk terjadinya stres oksidatif. Peningkatan stres oksidatif ini berkaitan dengan adanya hiperglikemia. Hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya auto oksidasi glukosa sehingga terbentuk radikal bebas, glikosilasi auto-oksidatif, dan meningkatnya jalur poliol yang akan menurunkan antioksidan pada Diabetes mellitus, hiperglikemia biasanya disebabkan oleh tingkat insulin rendah (Diabetes mellitus tipe 1) dan  atau dengan resistensi terhadap insulin pada tingkat sel (Diabetes mellitus tipe 2), tergantung pada jenis dan keadaan penyakit (Foster, 2000). 
                 Gangren merupakan akibat dari kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan sebagai gangren kering atau basah. Gangren kering meluas secara lambat dengan hanya sedikit gejala. Gangren kering sering dijumpai di ekstremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah dimana terdapat jaringan mati yang cepat perluasannya, sering ditemukan di organ-organ dalam, dan berkaitan dengan invasi bakteri ke dalam jaringan yang mati tersebut. Gangren ini, menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai manifestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri aerob yang disebut clostridium. Gangren jenis ini paling sering terjadi setelah trauma. Gangren gas cepat meluas ke jaringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin-toksin oleh bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangant rentan terhadap toksin ini, dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan. (Braunwald, 2005).
                 Gambaran umum tentang pasien, pasien adalah seorang pegawai negeri yang berprofesi sebagai guru olah raga. Sebelum masuk rumah sakit pasien mempunyai kebiasaan makan yaitu 3-4 kali sehari, dahulu pasien sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis-manis, seperti kue manis, buah-buahan yang manis, teh dan kopi yang manis. Pasien tidak menyadari bahwa dengan adanya kebiasaan makan yang salah tanpa dibarengi dengan aktifitas fisik yang baik dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti Diabetes Mellitus. Pada saat setelah mengkonsumsi lauk hewani seperti ikan kakap, pasien merasakan alergi di bagian kaki kiri. Setelah beberapa bulan, luka pada kaki tidak dihiraukan akhirnya luka yang ada pada kaki semakin membesar. Pada saat pemeriksaan di Rumah Sakit, pasien di diagnosa oleh dokter menderita Penyakit Diabetes Mellitus + Ganggren dengan kadar glukosa darah yang tinggi.

























1.2  ULASAN KASUS
a. Identitas Pasien
Nama                   : Tn. ED
No Register         : 033862
Jenis Kelamin      :  Laki-laki
Umur                   :  54 Tahun
BB                       :  60 kg
TB                        :  156 Cm
Pekerjaan             : -
Agama                 :  Islam
Diagnosa MRS    :   DM  +  Ganggren.

     b.    Data Subjektif
            1. Riwayat Nutrisi Sekarang
v Nafsu makan pasien masih kurang.
v Pasien mendapatkan diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
v Hasil Recall tanggal 29 Mei 2012, sebagai berikut :
ü  Energi     :  1179,6 Kalori
ü  Protein    :  49,6   g
ü  Lemak   :  37,7   g
ü  KH        :  157,0 g



 Tabel.1.1 Recall Tanggal 29 Mei  2012
Zat Gizi
Energi (Kal)
Protein (gr)
Lemak
(gr)
KH (gr)
Recall
Kebutuhan
%Tingkat konsumsi
1179,6
2100
56,17
49,6
105
47,23
37,7
47
80,21
157
315
49,84

Kriteria
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
                    Sumber : Recall 24 jam Pasien
                 Kriteria Tingkat Konsumsi Diabetes Mellitus :
Baik          = 100 %
Kurang       < 100%
Lebih          > 100 %

2. Riwayat Nutrisi Dahulu
a.    Pasien mempunyai alergi terhadap salah satu bahan makanan yaitu lauk hewani (Ikan kakap).
b.    Pasien mempunyai kebiasaan makan 3-4 kali sehari.
c.    Pola makan pasien sebelum masuk  rumah sakit adalah :
-       Makanan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi adalah nasi dan mie.
-       Makanan sumber protein hewani yang sering dikonsumsi adalah ikan laut, telur dan daging.
-       Makanan sumber protein nabati yang sering dikonsumsi adalah tahu dan tempe.
-   Sayuran  sering dikonsumsi bayam, kol, kacang panjang
-       Buah sering dikonsumsi adalah jeruk, pisang, duku, mangga dan klengkeng.
Tabel 1.2. Dietary History (Food Frekuensi)
Bahan Makanan
Frekuensi
Bahan Makanan
Frekuensi
T
P
J
S
T
P
J

S

Nasi


Jeruk


Nasi Jagung


Pisang


Kentang


Duku


Mie


Mangga


Tempe


Kelengkeng


Tahu


Santan Encer


Daging Sapi


Makanan Gorengan




Ayam


Susu kedelai


Telur


Teh Manis


Ikan laut


Kopi manis


Sayuran Daun


Kue manis


Sayuran Buah






Keterangan :
TP           :  Tidak pernah
J   :  Jarang (1-2x/minggu)
S   :  Sering (>2x/minggu)

     3.  Riwayat Penyakit Sekarang
Saat ini pasien menderita Diabetes Mellitus dengan ganggren dengan keluhan badan terasa lemah, nyeri pada luka di pergelangan kaki kiri.

     4.  Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut keterangan pasien diketahui bahwa sejak 1 tahun yang lalu pasien menderita Diabetes Mellitus.


5. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa keluarga tidak ada yang menderita Diabetes Mellitus.

6. Sosial Ekonomi
v Pekerjaan              : -
v Agama                  : Islam
v Jumlah Keluarga  :  3 Orang
v Alamat                 : -

     c.  Data Objektif
1. Hasil Pemeriksaan Antropometri
Hasil pemeriksaan antropometri dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sebagai berikut :
TB  =156 Cm
BB  = 60 Kg
BBI  = (TB – 100 ) – 10%
        =  (156- 100) – 10%
        =  56-5,6
        =  50,4 kg
IMT = BB/TB 2=   60   =   24,65 (Status Gizi Normal)
                           2,4336








2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Pemeriksaan fisik pasien telah dilakukan pada tanggal 29 Mei 2012 dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut :
Tabel 1.3 Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan
Pemeriksaan Tanggal                        29 Mei 2012
Keadaan umum
Lemah
Kesadaran
Compos Mentis
Suhu
370 C
Tensi
160/80
Nadi
92
RR
-

3. Biokimia (Pemeriksaan Laboratorium)
Hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang telah dilakukan pada tanggal  29 Mei 2012, dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut :
Tabel 1.4. Hasil Pemeriksaan Tanggal 29 Mei  2012
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil
Normal
Keterangan
GDA
298
60-110
Tinggi
SGOT
18
< 37
Normal
SGPT
15
<42
Normal
UREA
50
10-50 mg
Normal
BUN
18
10-20 mg
Normal
URID ACID
5,1
3,5-7
Normal
SERUM KREATININ
1,1
0,6-1,1
Normal








v Kebutuhan Energi

Energi Basal             =     BBx 30 Kalori
                                 =     50,4x 30 Kalori
                                 =     1512                          1512
Koreksi Aktifitas     =     10% x 1512         =      151,2 +
                                                                                                1663,2
                     Koreksi Stress          =     40% x 1512         =      604,8  +
                                                                                                2268
                     Koreksi Umur           =     10% x 1512         =      151,2 -
                                                                                                 2116,8           2100 Kalori

                     Protein                      =     20% x 2100 
                                                      =     420 : 4   =  105 gr

                     Lemak                      =     20% x 2100
                                                      =     420 : 9  =  47 gr
                    
                     Karbohidrat              =     60% x 2100
                                                      =     1260 : 4  = 315 Kal   
                    















BAB II
NUTRITIONAL CARE PROSES (NCP)/PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)


2.1  ANALISIS MASALAH
a.  Riwayat Nutrisi Sekarang
v   Nafsu makan pasien kurang baik disebabkan karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah.
v  Intake makan pasien masih kurang dari kebutuhan.
       Dilihat dari hasil recall konsumsi makanan yang menunjukkan intake energi, protein, lemak, dan karbohidrat kurang dari kebutuhan dan dibuktikan dengan hasil recall tanggal 29 mei 2012 :
ü Energi  :  1179,6 Kalori
ü Protein :  49,6   g
ü Lemak :  37,7   g
ü KH      :  157    g

b.  Riwayat Nutrisi Dahulu
Pasien mempunyai pola makan yang tidak teratur, pasien sering mengkonsumsi kue manis, teh manis dan kopi manis sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus, dimana  terjadinya gangguan pada produksi hormon insulin di organ pankreas, hormon tersebut sangat memiliki peranan yang sangat penting dalam pengaturan metabolisme glukosa/gula di tubuh. Dengan terganggunya sistem hormon insulin, seluruh makanan dan minuman yang mengandung gula dan masuk ke dalam tubuh, tidak bisa di ubah menjadi energi dan akhirnya gula/glukosa bisa menumpuk di dalam darah.


      c.        Riwayat Penyakit Sekarang

ü  Diabetes Mellitus terjadi karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah disebabkan karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara normal.

ü  Ganggren terjadi karena adanya hiperglikemia pada penyandang Diabetes Mellitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.

d. Riwayat Penyakit Dahulu
Berdasarkan hasil anamnesa dengan keluarga pasien diketahui bahwa pasien menderita Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Hal ini bisa dipicu karena pasien mempunyai pola makan yang tidak teratur, sering mengkonsumsi makanan yang manis dan minum kopi tiap hari, dan pasien jarang melakukan olahraga. Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan di mana terjadi peningkatan glukosa acak di atas ambang normal yaitu 60/110 mg/dl. Peningkatan glukosa acak yang berlebih dari batas normal dapat menyebabkan Diabetes Melitus.

      e.        Fisik/Klinis
            1. Fisik
Berdasarkan data fisik yang ada pasien masih dalam keadaan lemah dan pusing disebabkan karena stres yang dialami oleh pasien karena nyeri luka pada bagian kaki kiri. Stres menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa yang membuat kadar glukosa dalam darah meningkat.


2. Klinis
Meningkatnya tekanan darah dimungkinkan karena pola makan pasien yang salah karena pasien suka mengkonsumsi makanan yang digoreng, bersantan dan berlemak.  Sehingga memicu terjadinya tekanan darah tinggi yang biasa disebut hipertensi. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup yang berhubungan dengan risiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.

      f.    Biokimia
v Glukosa acak
     Pada diabetes, pankreas yang memproduksi insulin tidak mampu atau kurang mampu memproduksinya. Akibatnya, kadar insulin kurang bahkan bisa tidak ada sama sekali. Dengan demikian, glukosa tidak dapat ditransfer ke jaringan dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Gula darah tetap berada dalam darah, makin lama makin banyak. Terjadilah peningkatan kadar gula darah dalam darah.









2.2  DAFTAR MASALAH
       1.  Masalah Gizi
            1.  Pola makan salah
            2.  Intake makanan masih kurang dari kebutuhan
            3.  Nafsu makan pasien kurang baik
            4.  Glukosa acak tinggi
            5. Tekanan darah tinggi
            6.  DM + Ganggren
            7.  Riwayat Nutrisi
2. Masalah Medis
ü Diabetes mellitus dengan ganggren

2.3  INTERVENSI
1. Terapi diet
a. Tujuan Diet :
                 Pemberian terapi diet bertujuan untuk :
a.    Memberikan cukup energi untuk mempertahankan berat badan  agar tetap normal.
b.    Mempertahankan kadar glukosa darah agar berada pada nilai normal yaitu 60-110 mg/dl dengan cara menyeimbangkan asupan makanan.
c.    Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien.
d.   Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

b. Prinsip Diet : 3J (Tepat Jenis, Tepat Jadwal,  Tepat Jumlah)
                 Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam



     c.  Syarat  Diabetes Mellitus :
a.    Energi cukup yaitu 2100 Kalori untuk memenuhi kebutuhan basal dan mempertahankan status gizi agar tetap normal.
b.    Kebutuhan protein diberikan 20% dari kebutuhan energi total yaitu 105 gr. Protein diberikan tinggi untuk mempercepat penyembuhan atau memperbaiki sel/jaringan yang telah rusak terutama pada luka.
c.    Kebutuhan lemak sedang diberikan 20% dari kebutuhan energi total yaitu 47gr. <10%  dari lemak jenuh, 10% lemak tidak jenuh ganda, dan sisanya lemak tidak jenuh tunggal.
d.   Karbohidrat sedang diberikan 60% dari kebutuhan energi total, diutamakan karbohidrat kompleks yaitu 315 gr.  Karbohidrat kompleks lebih diutamakan karena, penyerapan didalam tubuh tidak langsung diserap melainkan  melalui tahapan atau diurai terlebih dahulu melalui rantai tunggal glukosa, baru terserap ke dalam aliran darah.
e.    Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
f.     Asupan serat 25g/hari, dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah.
g.    Cukup vitamin dan mineral.
h.    Jumlah natrium diberikan 600-800 mg  disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air.







Ø Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk Rendah Garam :
v Makanan yang tidak dianjurkan :    
     - Sumber karbohidrat : Sumber karbohidrat tinggi natrium, seperti cake, biskuit, dan krekers.
     - Sumber protein hewani : Daging dan ikan yang diawetkan, seperti ikan asing, ikan bandeng, sarden dan corned beef.
     - Sayuran : Sayuran yang tinggi kalium, seperti : tomat, kol, bayam, bit, daun bawang, tauge kacang hijau, kacang buncis, kembang kol, walu dan rebung.
     - Buah-buahan : Anggur, belimbing, duku, jambu biji, pepaya, dan pisang.
     - Lemak : Minyak goreng, margarin, dan mentega tanpa garam.
     - Minuman : Berbagai minuman bersoda dan beralkohol.

2.  Terapi Edukasi
a.    Topik
                 Diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
            b.  Tempat
                 -
            c.  Waktu
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 Mei 2012 selama 30 menit, yakni mulai pukul 11.00 – 11.30 WIB.
d. Tujuan Umum
Pasien dapat memahami dan mematuhi diet Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori+ Diet Rendah Garam
       e. Tujuan Khusus
a.    Pasien dapat menjelaskan pengertian Penyakit Diabetes Mellitus.
b.    Pasien dapat menyebutkan Tujuan Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
c.    Pasien dapat menyebutkan Prinsip Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
d.   Pasien dapat menyebutkan Syarat Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
e.    Pasien dapat menyebutkan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
     f.  Sasaran
Pasien dan keluarga pasien.
g. Materi
1.  Pengertian penyakit Diabetes Mellitus.
2. Tujuan, prinsip, dan syarat diet Diabetes Mellitus 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
3. Bahan makanan yang dianjurkan yang dibatasi dan tidak diperbolehkan.
h. Metode
1. Konsultasi
2. Tanya Jawab
i.   Alat Peraga
ü Leaflet
j.   Pelaksana
     Mahasiswa S1 Gizi : Rizki Nuzul Harsyam
k. Evaluasi
ü Menanyakan kembali kepada pasien dan keluarga pasien mengenai materi yang diberikan.
ü Memantau pola makan pasien.










2.4.    RENCANA MONITORING EVALUASI
Ø  NB – 1.2  Kepercayaan yang salah /sikap tentang pangan dan gizi
Recall makan pasien meliputi jenis bahan makanan yang dianjurkan  dan tidak dianjurkan.

Ø  NI -1.4 Kekurangan Intake Energi
1.         Intake makanan meliputi energi, protein, lemak dan karbohidrat yang dapat diketahui dari hasil recall.
2.         Nafsu makan yang baik dapat dilihat dari intake makanan.

Ø  NC-2.2 Perubahan Nilai Laboratorium Terkait Zat Gizi Khusus
Pemeriksaan laboratorium meliputi Glukosa acak.

Ø   NI-5.4 Penurunan Kebutuhan Zat Gizi
          Pemeriksaan Fisik Meliputi Tensi (Tekanan Darah)
           









BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.    Evaluasi Pelaksanaan Edukasi
a.  Pemahaman Pasien terhadap materi konseling
Penyuluhan dan konsultasi gizi dilakukan pada pasien dan keluarga pasien, dan menunjukkan adanya respon yang baik yaitu dibuktikan dengan adanya tanya jawab antara pasien dan konselor.  Selain itu, pasien juga bertanya bahan makanan apa yang tidak diboleh dimakan bagi penderita Diabetes Mellitus. Setelah memberikan beberapa arahan tentang bahan makanan yang baik dan tidak baik untuk di konsumsi serta menjelaskan Diabetes Mellitus,  konselor memberikan pertanyaan balik, hal ini di tanggapi baik oleh pasien dan keluarganya dengan memberikan beberapa jawaban yang cukup tepat  tentang  apa saja yang harus diperhatikan dalam hal menjaga kesehatan serta pasien  berusaha menaati semua anjuran diet  yang diberikan.
          b. Kepatuhan Diet Pasien
Berdasarkan pemantauan selama 3 hari dan diberikan motivasi dan konseling kepada pasien, pasien menunjukkan intake makanan yang signifikan dibuktikan dengan hasil recall energi dikategorikan kurang (58,43%). Intake protein dikategorikan kurang (48,53%), begitu juga dengan intake lemak kurang (88,6%), sedangkan intake karbohidrat dikategorikan kurang (50,1%). Hal ini disebabkan karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah sehingga asupan makanan yang masuk  belum sesuai dengan kebutuhan yang dianjurkan.
Berdasarkan hasil pemantauan selama 3 hari, tingkat kepatuhan pasien berdasarkan prinsip 3J (Tepat Jenis, Tepat Jumlah, dan Tepat Jadwal ) masih kurang.  Dimana Pasien masih belum patuh terhadap diet yang dianjurkan baik dari segi jumlah porsi, jadwal makanan serta jenis bahan makanan yang baik dan tidak baik untuk dikonsumsi. Dilihat dari tepat jenis, pasien masih sering mengkonsumsi bahan makanan yang tidak dianjurkan, seperti: Minum teh dengan menggunakan gula pasir. Sedangkan pada bahan makanan yang dianjurkan pasien tidak suka mengkonsumsi kentang rebus. Berdasarkan tepat jumlah pasien masih suka mengkonsumsi nasi dengan jumlah yang berlebihan dan pada tepat jadwal pasien masih belum bisa menyesuaikan dengan jadwal menu yang telah disesuaikan.

3.2.  Perubahan Pola dan Kebiasaan Makan Pasien
          a.    Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien
1. Intake Energi
Data intake energi pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksana studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1  Intake Energi Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama  Pelaksanaan Studi Kasus Rawat Jalan
Tanggal
Kebutuhan
(Kalori)
Intake
% Intake Konsumsi
Tanggal 29 Mei 2012
Tanggal 30 Mei 2012
Tanggal 31 Mei 2012
Tanggal 1 Mei  2012
2100
2100
2100
2100
1179,6
1259,7
1147,1
1328,2
56,17
60
54,62
63,24
Keterangan  :







          Grafik Intake Energi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :









     Gambar 3.1. Grafik Tingkat Konsumsi Energi
Berdasarkan tabel  3.1 dapat diketahui bahwa intake rata-rata pasien pada saat sebelum intervensi sampai akhir pengamatan kasus yaitu 59,28%. Konsumsi energi sebelum intervensi masih kurang dan pada hari pertama intervensi mulai  meningkat,  pada hari ke dua menurun  dan hari ketiga mulai meningkat kembali.  Pada hari pertama dan ketiga kondisi asupan makan pasien meningkat  karena kondisi pasien yang cukup membaik sehingga asupan makanan yang diterima oleh tubuh baik pula, sedangkan pada hari ke dua asupan  menurun hal ini disebabkan karena kondisi fisik pasien yang menurun  dikarenakan pasien mengalami lemah serta lemas sehingga asupan makanan yang diberikan tidak dapat diterima oleh tubuh dengan baik.









       2. Intake Protein
Data intake protein pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksanaan  studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.2  Intake Protein Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus Rawat Jalan
Tanggal
Kebutuhan
(gr)
Intake
% Tingkat Konsumsi
Tanggal 29 Mei 2012
Tanggal 30 Mei 2012
Tanggal 31 Mei 2012
Tanggal 1 Mei  2012
105
105
105
105
49,6
54,9
49
55,7
47,23
52,28
46,67
53,04
Keterangan  :


 


Grafik Intake Protein dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut :


 








           

 Berdasarkan tabel 3.2. dapat diketahui bahwa intake protein rata-rata  pasien 50,66%.  Pada saat sebelum intervensi  intake protein masih kurang, sedangkan hari pertama mulai meningkat, hari kedua menurun dan hari ketiga mengalami peningkatan.  Pada hari pertama asupan protein yang diterima pasien cukup baik karena kondisi pasien juga yang mulai membaik sehingga lauk nabati dan hewani habis dikonsumsi sedangkan hari kedua mengalami penurunan dikarenan kondisi daya tahan tubuh pasien yang menurun sehingga asupan Lauk nabati tidak dikonsumsi dengan baik oleh pasien. Pada hari ketiga mengalami peningkatan dikarenankan kondisi pasien yang mulai membaik kembali sehingga asupan makanan Lauk nabati dan hewani dapat diterima dengan baik.

3.  Intake Lemak
Data intake lemak pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksana studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3   Intake Lemak Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus Rawat Jalan
Tanggal
Kebutuhan
(gr)
Intake
% Tingkat Konsumsi
Tanggal 29 Mei 2012
Tanggal 30 Mei 2012
Tanggal 31 Mei 2012
Tanggal 1 Mei  2012
47
47
47
47
37,7
46,0
36,3
46,6
80,2
97,8
77,23
99,14
Keterangan  :










          Grafik Intake Lemak dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut
                                                       










Gambar 3.3. Grafik Tingkat Konsumsi Lemak
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa intake lemak rata-rata pasien 91,39%.  Pada saat sebelum intervensi intake lemak masih kurang, pada hari pertama setelah intervensi mulai meningkat, kemudian hari ke dua menurun, dan hari ke tiga meningkat kembali meskipun belum sesuai dengan kebutuhan. Pada hari pertama dan ketiga intake lemak meningkat dikarenakan kondisi fisik pasien yang cukup membaik sehingga asupan makanan yang masuk di tubuh di terima dengan baik pula, sedangkan pada hari kedua asupan lemak menurun disebabkan karena kondisi pasien yang mengalami penurunan dayah tahan tubuh yaitu pasien mengalami lemas dan lemah sehingga asupan lemak berkurang.








          4.     Intake Karbohidrat
Data intake Karbohidrat pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksanaan studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.4  Intake Karbohidrat Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus Rawat Jalan
Tanggal
Kebutuhan
(Kalori)
Intake
% Tingkat Konsumsi
Tanggal 29 Mei 2012
Tanggal 30 Mei 2012
Tanggal 31 Mei 2012
Tanggal 1 Mei  2012
315
315
315
315
157,0
154,3
152,0
168,3
49,84
48,9
48,25
53,42
Keterangan  :

Grafik Intake Karbohidrat dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :







  




     Gambar 3.4 Grafik Tingkat Konsumsi Karbohidrat
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa intake karbohidrat rata-rata pasien 50,19%. Pada saat sebelum intervensi intake karbohidrat masih kurang, pada hari pertama dan kedua setelah intervensi masih menurun disebabkan karena keadaan pasien yang lemah sehingga asupan lemak berkurang, kemudian pada hari ke tiga asupan lemak mengalami peningkatan kembali dilihat kondisi pasien yang semakin membaik meskipun belum sesuai dengan kebutuhan.

5.    Intake Natrium
                 Data intake Natrium pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksanaan studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Intake Natrium Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus Rawat Jalan
Tanggal
Kebutuhan
(mg)
Intake
% Tingkat Konsumsi
Tanggal 29 Mei 2012
Tanggal 30 Mei 2012
Tanggal 31 Mei 2012
Tanggal 1 Mei  2012
150
150
150
150
228,1
174,1
201,6
209,6
152
116
134,4
139,73
Keterangan  :


Grafik Intake Karbohidrat dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut :


 










    

     Gambar 3.5 Grafik Tingkat Konsumsi Natrium
                 Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa intake Natirum rata-rata pasien 129,71%.  Pada saat sebelum intervensi dan hari kedua dan ketiga setelah intervensi intake natrium melebihi dari kebutuhan hal ini disebabkan karena  makanan yang dikonsumsi oleh pasien banyak mengandung natrium yang melebihi dari kebutuhan yang dianjurkan misalnya daging dan ikan laut. Sedangkan pada hari pertama setelah intervensi kadar natrium menurun disebabkan bahan makanan yang dikonsumsi asupan natriumnya tidak begitu tinggi.






















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan :
a.       Berdasarkan anamnesa data subyektif dan obyektif pasien penderita penyakit Diabetes Mellitus + Ganggren.
  1. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri nilai IMT 24,65 dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki status gizi normal.
  2. Pasien diberikan diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
a.    Energi             :  2100 Kal
b.    Protein            :  105 gr
c.    Lemak             :  47   gr
d.   KH                  :  315 gr
d.      Rata-rata intake pasien selama 3 hari penanganan, jika dibandingkan dengan kebutuhan termasuk kategori kurang. Untuk konsumsi energi (59,28%), protein (50,66%)  dan lemak (91,39%) dan sedangkan pada tingkat  karbohidrat asupannya masih kurang dari kebutuhan yang dianjurkan yaitu (50,19%). Pada intake energi termasuk kategori kurang dikarenakan asupan dari sebelum intervensi sampai hari ketiga kondisi pasien masih dalam keadaan lemah sehingga intake energi belum mencapai kebutuhan. Pada intake protein masih dalam kategori kurang dikarenakan sebelum intervensi sampai sesudah intervensi pola makan pasien masih kurang baik disebabkan karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah. Pada intake Lemak masih termasuk dalam kategori kurang, disebabkan karena kondisi pasien yang kurang baik sehingga asupan lemak belum mencapai kebutuhan yang dianjurkan, sedangkan intake karbohidrat termasuk kategori kurang, karena kurangnya nafsu makan yang dialami oleh pasien.
e.       Berat badan pasien selama 3 hari penanganan tidak mengalami perkembangan yaitu sebesar 60  kg dengan status gizi normal.
f.       Perkembangan fisik pasien mengalami perubahan yang semakin baik selama 3 hari.
g.    Pemahaman pasien terhadap materi konseling sudah menunjukkan respon yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya komunikasi dua arah yang berjalan dengan baik selama penyuluhan.
h.  Tingkat kepatuhan pasien terhadap prinsip 3J masih belum diterapkan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan kurang patuhnya pasien terhadap tepat porsi, jadwal serta jenis bahan makanan yang baik.

4.2 SARAN
  1. Dilakukan penyuluhan ke pasien dan keluarga pasien agar memperhatikan dietnya untuk dijalankan setelah pulang dari Rumah Sakit.
  2. Pasien dan keluarga pasien melaksanakan aturan diet sesuai dengan anjuran diet yang diberikan.
  3. Pasien menjalankan aktifitas atau olahraga secara teratur untuk menjaga kesehatan.
d.     Hendaknya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berikutnya untuk mengetahui perkembangan  kondisi pasien.









DAFTAR PUSTAKA

1.    Elliott M.Antman,Eugene Braunwald;Acute MyocardialInfarction;Harrison’s Principles of Medicine 15th edition,2005,page 1-17.

2.    Foster, Daniel W., 2000. Diabetes Mellitus. In : Asdie, Ahmad H., ed. Harrison
       Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dala. Volume 5. Jakarta: EGC.
3.    Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.
4.    Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang .02 Juni 2012. Puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id,kontak@puskom.depkes.go.id








1 komentar: