BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih
belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi
segala jenis makanan, seperti makanan
yang mengandung tinggi lemak dan
kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar
lemak dan gaya hidup yang salah, seperti kebiasaan merokok dan minum-minum keras
ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang
buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan mengakibatkan
timbulnya reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan sebagainya. Dari
berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes
Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
WHO merekomendasikan bahwa
strategi yang efektif perlu dilakukan secara terintegrasi, berbasis masyarakat
melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan
demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas
sektor yang terkait dengan Diabetes Mellitus di setiap wilayah merupakan
kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu, pemahaman faktor resiko Diabetes
Mellitus sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para
pemegang program, pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat
sekitarnya. (Depkes.go.id, 2012).
Secara epidemiologi,
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia
mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat
Diabetes Mellitus pada kelompok usia
45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah
pedesaan, Diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. (Depkes.go.id,2012).
Penderita Diabetes
Mellitus mempunyai kecenderungan untuk terjadinya stres oksidatif. Peningkatan
stres oksidatif ini berkaitan dengan adanya hiperglikemia. Hiperglikemia akan
menyebabkan terjadinya auto oksidasi glukosa sehingga terbentuk radikal bebas,
glikosilasi auto-oksidatif, dan meningkatnya jalur poliol yang akan menurunkan
antioksidan pada Diabetes mellitus, hiperglikemia biasanya disebabkan oleh
tingkat insulin rendah (Diabetes mellitus tipe 1) dan atau dengan resistensi terhadap insulin pada
tingkat sel (Diabetes mellitus tipe 2), tergantung pada jenis dan keadaan
penyakit (Foster, 2000).
Gangren merupakan
akibat dari kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan
sebagai gangren kering atau basah. Gangren kering meluas secara lambat dengan
hanya sedikit gejala. Gangren kering sering dijumpai di ekstremitas, umumnya
terjadi akibat hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah dimana terdapat
jaringan mati yang cepat perluasannya, sering ditemukan di organ-organ dalam,
dan berkaitan dengan invasi bakteri ke dalam jaringan yang mati tersebut.
Gangren ini, menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai manifestasi
sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas adalah
jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh
suatu jenis bakteri aerob yang disebut clostridium. Gangren jenis ini paling
sering terjadi setelah trauma. Gangren gas cepat meluas ke jaringan di
sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin-toksin oleh bakteri yang
membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangant rentan terhadap toksin
ini, dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas.
Gangren jenis ini dapat mematikan. (Braunwald, 2005).
Gambaran umum
tentang pasien, pasien adalah seorang pegawai negeri yang berprofesi sebagai
guru olah raga. Sebelum masuk rumah sakit pasien mempunyai kebiasaan makan
yaitu 3-4 kali sehari, dahulu pasien sering mengkonsumsi makanan dan minuman
yang manis-manis, seperti kue manis, buah-buahan yang manis, teh dan kopi yang manis.
Pasien tidak menyadari bahwa dengan adanya kebiasaan makan yang salah tanpa
dibarengi dengan aktifitas fisik yang baik dapat memicu terjadinya berbagai
penyakit seperti Diabetes Mellitus. Pada saat setelah mengkonsumsi lauk hewani
seperti ikan kakap, pasien merasakan alergi di bagian kaki kiri. Setelah
beberapa bulan, luka pada kaki tidak dihiraukan akhirnya luka yang ada pada
kaki semakin membesar. Pada saat pemeriksaan di Rumah Sakit, pasien di diagnosa
oleh dokter menderita Penyakit Diabetes Mellitus + Ganggren dengan kadar
glukosa darah yang tinggi.
1.2 ULASAN
KASUS
a.
Identitas Pasien
Nama :
Tn. ED
No Register : 033862
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 54 Tahun
BB : 60 kg
TB : 156 Cm
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Diagnosa
MRS :
DM + Ganggren.
b. Data Subjektif
1.
Riwayat Nutrisi Sekarang
v Nafsu
makan pasien masih kurang.
v Pasien
mendapatkan diet
DM B1 2100
Kalori + Diet Rendah Garam
v Hasil
Recall tanggal 29 Mei 2012, sebagai berikut :
ü
Energi
: 1179,6
Kalori
ü
Protein
: 49,6 g
ü Lemak :
37,7 g
ü KH : 157,0 g
Tabel.1.1 Recall Tanggal 29 Mei 2012
|
Zat Gizi
|
Energi (Kal)
|
Protein (gr)
|
Lemak
(gr)
|
KH (gr)
|
|
Recall
Kebutuhan
%Tingkat konsumsi
|
1179,6
2100
56,17
|
49,6
105
47,23
|
37,7
47
80,21
|
157
315
49,84
|
|
Kriteria
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Sumber : Recall 24 jam Pasien
Kriteria
Tingkat Konsumsi Diabetes Mellitus :
Baik
= 100 %
Kurang <
100%
Lebih > 100 %
2. Riwayat Nutrisi Dahulu
a. Pasien
mempunyai alergi terhadap salah satu bahan makanan yaitu lauk hewani (Ikan
kakap).
b. Pasien
mempunyai kebiasaan makan 3-4 kali sehari.
c. Pola
makan pasien sebelum masuk rumah sakit
adalah :
-
Makanan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi
adalah nasi dan mie.
-
Makanan sumber protein hewani yang
sering dikonsumsi adalah ikan laut, telur dan daging.
-
Makanan sumber protein nabati yang
sering dikonsumsi adalah tahu dan tempe.
- Sayuran sering
dikonsumsi
bayam, kol, kacang panjang
-
Buah
sering dikonsumsi adalah jeruk, pisang, duku, mangga dan
klengkeng.
Tabel 1.2. Dietary History (Food
Frekuensi)
|
Bahan Makanan
|
Frekuensi
|
Bahan Makanan
|
Frekuensi
|
||||
|
T
P
|
J
|
S
|
T
P
|
J
|
S
|
||
|
Nasi
|
|
|
|
Jeruk
|
|
|
√
|
|
Nasi Jagung
|
|
√
|
|
Pisang
|
|
|
√
|
|
Kentang
|
|
√
|
|
Duku
|
|
|
√
|
|
Mie
|
|
|
√
|
Mangga
|
|
|
√
|
|
Tempe
|
|
|
√
|
Kelengkeng
|
|
|
√
|
|
Tahu
|
|
|
√
|
Santan Encer
|
|
√
|
|
|
Daging Sapi
|
|
|
√
|
Makanan Gorengan
|
|
√
|
|
|
Ayam
|
|
√
|
|
Susu kedelai
|
|
√
|
|
|
Telur
|
|
|
√
|
Teh Manis
|
|
|
√
|
|
Ikan laut
|
|
|
√
|
Kopi manis
|
|
|
√
|
|
Sayuran Daun
|
|
|
√
|
Kue manis
|
|
|
√
|
|
Sayuran Buah
|
|
√
|
|
|
|
|
|
Keterangan
:
TP : Tidak pernah
J : Jarang (1-2x/minggu)
S : Sering (>2x/minggu)
3. Riwayat
Penyakit Sekarang
Saat
ini pasien menderita Diabetes Mellitus
dengan ganggren dengan keluhan badan
terasa lemah, nyeri pada luka di pergelangan kaki kiri.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut
keterangan pasien diketahui bahwa sejak 1 tahun yang lalu pasien menderita
Diabetes Mellitus.
5.
Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan
bahwa keluarga tidak ada yang menderita Diabetes Mellitus.
6.
Sosial Ekonomi
v
Pekerjaan : -
v
Agama :
Islam
v
Jumlah Keluarga : 3 Orang
v
Alamat :
-
c. Data
Objektif
1.
Hasil Pemeriksaan Antropometri
Hasil pemeriksaan
antropometri dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sebagai berikut :
TB =156 Cm
BB = 60 Kg
BBI = (TB – 100 ) – 10%
=
(156- 100) – 10%
=
56-5,6
=
50,4 kg
2,4336
2.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Pemeriksaan fisik
pasien telah dilakukan pada tanggal 29 Mei 2012 dan hasilnya dapat dilihat pada
tabel 1.3 berikut :
Tabel 1.3 Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis
|
Pemeriksaan
|
Pemeriksaan
Tanggal 29 Mei
2012
|
|
Keadaan umum
|
Lemah
|
|
Kesadaran
|
Compos Mentis
|
|
Suhu
|
370 C
|
|
Tensi
|
160/80
|
|
Nadi
|
92
|
|
RR
|
-
|
3.
Biokimia (Pemeriksaan Laboratorium)
Hasil
pemeriksaan laboratorium pasien yang telah dilakukan pada tanggal 29 Mei 2012, dapat dilihat pada tabel 1.4
berikut :
Tabel 1.4. Hasil Pemeriksaan Tanggal 29
Mei 2012
|
Pemeriksaan Laboratorium
|
Hasil
|
Normal
|
Keterangan
|
|
GDA
|
298
|
60-110
|
Tinggi
|
|
SGOT
|
18
|
< 37
|
Normal
|
|
SGPT
|
15
|
<42
|
Normal
|
|
UREA
|
50
|
10-50 mg
|
Normal
|
|
BUN
|
18
|
10-20 mg
|
Normal
|
|
URID ACID
|
5,1
|
3,5-7
|
Normal
|
|
SERUM KREATININ
|
1,1
|
0,6-1,1
|
Normal
|
v Kebutuhan
Energi
Energi
Basal = BBx 30
Kalori
= 50,4x 30 Kalori
Koreksi Aktifitas = 10% x 1512 = 151,2 +
1663,2
Koreksi
Stress = 40% x 1512 =
604,8 +
2268
Koreksi
Umur = 10% x 1512 = 151,2 -
Protein = 20% x 2100
= 420 : 4 = 105 gr
Lemak = 20% x 2100
= 420 : 9 = 47 gr
Karbohidrat = 60%
x
2100
= 1260 : 4 = 315 Kal
BAB
II
NUTRITIONAL
CARE PROSES (NCP)/PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)
2.1 ANALISIS MASALAH
a. Riwayat Nutrisi Sekarang
v Nafsu makan pasien kurang baik disebabkan
karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah.
v Intake
makan pasien masih kurang dari kebutuhan.
Dilihat dari hasil recall konsumsi
makanan yang menunjukkan intake energi, protein, lemak, dan karbohidrat kurang
dari kebutuhan dan dibuktikan
dengan hasil recall tanggal 29 mei 2012 :
ü
Energi : 1179,6
Kalori
ü
Protein : 49,6 g
ü Lemak :
37,7 g
ü KH : 157 g
b. Riwayat
Nutrisi Dahulu
Pasien
mempunyai pola makan yang tidak teratur, pasien sering mengkonsumsi kue manis,
teh manis dan kopi manis sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah
yang dapat menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus, dimana terjadinya gangguan pada produksi hormon insulin
di organ pankreas, hormon tersebut sangat memiliki peranan yang sangat penting
dalam pengaturan metabolisme glukosa/gula di tubuh. Dengan terganggunya sistem
hormon insulin, seluruh makanan dan minuman yang mengandung gula dan masuk ke
dalam tubuh, tidak bisa di ubah menjadi energi dan akhirnya gula/glukosa bisa
menumpuk di dalam darah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
ü Diabetes Mellitus terjadi karena adanya peningkatan kadar gula
dalam darah disebabkan karena tubuh tidak dapat memproduksi atau
menggunakan insulin secara normal.
ü
Ganggren terjadi karena adanya
hiperglikemia pada penyandang Diabetes Mellitus yang menyebabkan kelainan
neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik
maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit
dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Berdasarkan hasil anamnesa dengan keluarga pasien
diketahui bahwa pasien menderita Diabetes Mellitus sejak
1 tahun yang lalu. Hal ini
bisa dipicu karena pasien mempunyai pola makan yang tidak
teratur, sering mengkonsumsi makanan yang manis dan minum kopi tiap hari, dan
pasien jarang melakukan olahraga. Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan di mana terjadi peningkatan
glukosa acak di atas ambang normal yaitu 60/110 mg/dl. Peningkatan glukosa acak
yang berlebih dari batas normal dapat menyebabkan Diabetes Melitus.
e. Fisik/Klinis
1.
Fisik
Berdasarkan
data fisik yang ada pasien masih dalam keadaan lemah dan pusing disebabkan
karena stres yang dialami oleh pasien karena nyeri luka pada bagian kaki kiri. Stres
menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa yang membuat kadar glukosa dalam
darah meningkat.
2. Klinis
Meningkatnya
tekanan darah dimungkinkan karena pola makan pasien yang salah karena pasien
suka mengkonsumsi makanan yang digoreng, bersantan dan berlemak. Sehingga memicu terjadinya tekanan darah
tinggi yang biasa disebut hipertensi. Pada hipertensi esensial mekanisme ini
terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Hal ini antara lain
dihubungkan dengan adanya gaya hidup yang berhubungan dengan risiko penyakit
hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok,
alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
f. Biokimia
v Glukosa
acak
Pada
diabetes, pankreas yang memproduksi insulin tidak mampu atau kurang mampu
memproduksinya. Akibatnya, kadar insulin kurang bahkan bisa tidak ada sama
sekali. Dengan demikian, glukosa tidak dapat ditransfer ke jaringan
dalam tubuh untuk diubah
menjadi energi. Gula darah tetap berada dalam darah, makin lama makin banyak.
Terjadilah peningkatan kadar gula darah dalam darah.
2.2 DAFTAR
MASALAH
1. Masalah
Gizi
1. Pola
makan salah
2. Intake makanan masih kurang dari kebutuhan
3. Nafsu makan pasien kurang baik
4. Glukosa acak
tinggi
5.
Tekanan darah tinggi
6. DM + Ganggren
7. Riwayat Nutrisi
2.
Masalah Medis
ü Diabetes
mellitus dengan ganggren
2.3 INTERVENSI
1. Terapi diet
a. Tujuan Diet :
Pemberian
terapi diet bertujuan untuk :
a.
Memberikan cukup energi untuk
mempertahankan berat badan agar tetap normal.
b.
Mempertahankan kadar glukosa darah agar
berada pada nilai normal yaitu 60-110 mg/dl dengan cara menyeimbangkan asupan
makanan.
c.
Membantu menghilangkan retensi garam
atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien.
d.
Meningkatkan derajat kesehatan secara
keseluruhan melalui gizi yang optimal.
b. Prinsip Diet : 3J (Tepat Jenis, Tepat
Jadwal, Tepat Jumlah)
Diabetes Mellitus B1 2100
Kalori + Diet Rendah Garam
c. Syarat Diabetes Mellitus :
a.
Energi cukup yaitu 2100 Kalori
untuk memenuhi kebutuhan basal dan mempertahankan status gizi agar tetap
normal.
b.
Kebutuhan protein diberikan 20% dari
kebutuhan energi total yaitu 105 gr. Protein diberikan tinggi untuk mempercepat
penyembuhan atau memperbaiki sel/jaringan yang telah rusak terutama pada luka.
c.
Kebutuhan lemak sedang diberikan 20%
dari kebutuhan energi total yaitu 47gr. <10%
dari lemak jenuh, 10% lemak tidak jenuh ganda, dan sisanya lemak tidak
jenuh tunggal.
d.
Karbohidrat sedang diberikan 60% dari
kebutuhan energi total, diutamakan karbohidrat kompleks yaitu 315 gr. Karbohidrat kompleks lebih diutamakan karena,
penyerapan didalam tubuh tidak langsung diserap melainkan melalui tahapan atau diurai terlebih dahulu
melalui rantai tunggal glukosa, baru terserap ke dalam aliran darah.
e.
Penggunaan gula murni dalam minuman dan
makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5%
dari kebutuhan energi total.
f.
Asupan serat 25g/hari, dengan
mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah.
g.
Cukup vitamin dan mineral.
h.
Jumlah natrium diberikan 600-800 mg disesuaikan dengan berat tidaknya retensi
garam atau air.
Ø Bahan
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk Rendah Garam :
v Makanan yang tidak dianjurkan :
- Sumber karbohidrat
: Sumber karbohidrat tinggi natrium, seperti cake, biskuit, dan krekers.
- Sumber protein hewani
: Daging dan ikan yang diawetkan, seperti ikan asing, ikan bandeng, sarden dan
corned beef.
- Sayuran : Sayuran yang
tinggi kalium, seperti : tomat, kol, bayam, bit, daun bawang, tauge kacang
hijau, kacang buncis, kembang kol, walu dan rebung.
- Buah-buahan : Anggur,
belimbing, duku, jambu biji, pepaya, dan pisang.
- Lemak : Minyak goreng,
margarin, dan mentega tanpa garam.
- Minuman : Berbagai
minuman bersoda dan beralkohol.
2. Terapi Edukasi
a. Topik
Diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
b. Tempat
-
c.
Waktu
Penyuluhan
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 Mei 2012 selama 30 menit, yakni mulai
pukul 11.00 – 11.30 WIB.
d.
Tujuan Umum
Pasien dapat memahami dan mematuhi
diet Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori+ Diet Rendah Garam
e.
Tujuan Khusus
a. Pasien
dapat menjelaskan pengertian Penyakit Diabetes Mellitus.
b. Pasien
dapat menyebutkan Tujuan Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet
Rendah Garam
c. Pasien
dapat menyebutkan Prinsip Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet
Rendah Garam
d. Pasien
dapat menyebutkan Syarat Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet
Rendah Garam
e. Pasien
dapat menyebutkan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
f. Sasaran
Pasien
dan keluarga pasien.
g.
Materi
1. Pengertian penyakit Diabetes Mellitus.
2.
Tujuan, prinsip, dan syarat diet Diabetes
Mellitus 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
3.
Bahan makanan yang dianjurkan yang
dibatasi dan tidak diperbolehkan.
h.
Metode
1.
Konsultasi
2.
Tanya Jawab
i.
Alat Peraga
ü Leaflet
j. Pelaksana
Mahasiswa
S1 Gizi : Rizki Nuzul Harsyam
k.
Evaluasi
ü Menanyakan
kembali kepada pasien dan keluarga pasien mengenai materi yang diberikan.
ü Memantau
pola makan pasien.
2.4. RENCANA
MONITORING EVALUASI
Ø NB
– 1.2 Kepercayaan yang salah /sikap
tentang pangan dan gizi
Recall
makan pasien meliputi jenis bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
Ø NI
-1.4 Kekurangan Intake Energi
1.
Intake makanan meliputi energi, protein,
lemak dan karbohidrat yang dapat diketahui dari hasil recall.
2.
Nafsu makan yang baik dapat dilihat dari
intake makanan.
Ø NC-2.2
Perubahan Nilai Laboratorium Terkait Zat Gizi Khusus
Pemeriksaan
laboratorium meliputi Glukosa acak.
Ø NI-5.4
Penurunan Kebutuhan Zat Gizi
Pemeriksaan Fisik Meliputi Tensi
(Tekanan Darah)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Evaluasi
Pelaksanaan Edukasi
a. Pemahaman Pasien terhadap materi konseling
Penyuluhan dan konsultasi gizi dilakukan
pada pasien dan keluarga pasien, dan menunjukkan adanya respon yang baik yaitu
dibuktikan dengan adanya tanya jawab antara pasien dan konselor. Selain itu, pasien juga bertanya bahan makanan
apa yang tidak diboleh dimakan bagi penderita Diabetes Mellitus. Setelah
memberikan beberapa arahan tentang bahan makanan yang baik dan tidak baik untuk
di konsumsi serta menjelaskan Diabetes Mellitus, konselor memberikan pertanyaan balik, hal ini
di tanggapi baik oleh pasien dan keluarganya dengan memberikan beberapa jawaban
yang cukup tepat tentang apa saja yang harus diperhatikan dalam hal menjaga
kesehatan serta pasien berusaha menaati
semua anjuran diet yang diberikan.
b.
Kepatuhan Diet Pasien
Berdasarkan pemantauan selama 3 hari dan
diberikan motivasi dan konseling kepada pasien, pasien menunjukkan intake
makanan yang signifikan dibuktikan dengan hasil recall energi dikategorikan
kurang (58,43%). Intake protein dikategorikan kurang (48,53%), begitu juga
dengan intake lemak kurang (88,6%), sedangkan intake karbohidrat dikategorikan
kurang (50,1%). Hal ini disebabkan karena kondisi pasien yang masih dalam
keadaan lemah sehingga asupan makanan yang masuk belum sesuai dengan kebutuhan yang dianjurkan.
Berdasarkan hasil pemantauan selama 3
hari, tingkat kepatuhan pasien berdasarkan prinsip 3J (Tepat Jenis, Tepat
Jumlah, dan Tepat Jadwal ) masih kurang.
Dimana Pasien masih belum patuh terhadap diet yang dianjurkan baik dari
segi jumlah porsi, jadwal makanan serta jenis bahan makanan yang baik dan tidak
baik untuk dikonsumsi. Dilihat dari tepat jenis, pasien masih sering
mengkonsumsi bahan makanan yang tidak dianjurkan, seperti: Minum teh dengan
menggunakan gula pasir. Sedangkan pada bahan makanan yang dianjurkan pasien
tidak suka mengkonsumsi kentang rebus. Berdasarkan tepat jumlah pasien masih
suka mengkonsumsi nasi dengan jumlah yang berlebihan dan pada tepat jadwal
pasien masih belum bisa menyesuaikan dengan jadwal menu yang telah disesuaikan.
3.2. Perubahan Pola dan Kebiasaan Makan Pasien
a.
Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi
dan Zat Gizi Pasien
1.
Intake Energi
Data
intake energi pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksana studi
kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Intake Energi Sehari Sebelum Pengambilan
Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus
Rawat Jalan
|
Tanggal
|
Kebutuhan
(Kalori)
|
Intake
|
%
Intake Konsumsi
|
|
Tanggal
29 Mei 2012
Tanggal
30 Mei 2012
Tanggal
31 Mei 2012
Tanggal
1 Mei 2012
|
2100
2100
2100
2100
|
1179,6
1259,7
1147,1
1328,2
|
56,17
60
54,62
63,24
|
Grafik
Intake Energi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :
Gambar 3.1. Grafik Tingkat Konsumsi Energi
Berdasarkan
tabel 3.1 dapat diketahui bahwa intake
rata-rata pasien pada saat sebelum intervensi sampai akhir pengamatan kasus
yaitu 59,28%. Konsumsi energi sebelum intervensi masih kurang dan pada hari
pertama intervensi mulai meningkat, pada hari ke dua menurun dan hari ketiga mulai meningkat kembali. Pada hari pertama dan ketiga kondisi asupan
makan pasien meningkat karena kondisi
pasien yang cukup membaik sehingga asupan makanan yang diterima oleh tubuh baik
pula, sedangkan pada hari ke dua asupan
menurun hal ini disebabkan karena kondisi fisik pasien yang menurun dikarenakan pasien mengalami lemah serta
lemas sehingga asupan makanan yang diberikan tidak dapat diterima oleh tubuh
dengan baik.
2.
Intake Protein
Data
intake protein pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksanaan studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 3.2 Intake Protein Sehari Sebelum Pengambilan
Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus Rawat Jalan
|
Tanggal
|
Kebutuhan
(gr)
|
Intake
|
% Tingkat Konsumsi
|
|
Tanggal
29 Mei 2012
Tanggal
30 Mei 2012
Tanggal
31 Mei 2012
Tanggal
1 Mei 2012
|
105
105
105
105
|
49,6
54,9
49
55,7
|
47,23
52,28
46,67
53,04
|
Keterangan :
Grafik Intake Protein
dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut :
![]() |
Berdasarkan tabel 3.2. dapat diketahui bahwa
intake protein rata-rata pasien 50,66%. Pada saat sebelum intervensi intake protein masih kurang, sedangkan hari pertama
mulai meningkat, hari kedua menurun dan hari ketiga mengalami peningkatan. Pada hari pertama asupan protein yang diterima
pasien cukup baik karena kondisi pasien juga yang mulai membaik sehingga lauk
nabati dan hewani habis dikonsumsi sedangkan hari kedua mengalami penurunan
dikarenan kondisi daya tahan tubuh pasien yang menurun sehingga asupan Lauk
nabati tidak dikonsumsi dengan baik oleh pasien. Pada hari ketiga mengalami
peningkatan dikarenankan kondisi pasien yang mulai membaik kembali sehingga
asupan makanan Lauk nabati dan hewani dapat diterima dengan baik.
3. Intake
Lemak
Data
intake lemak pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksana studi
kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Intake Lemak Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama
Pelaksanaan Studi Kasus Rawat Jalan
|
Tanggal
|
Kebutuhan
(gr)
|
Intake
|
%
Tingkat Konsumsi
|
|
Tanggal
29 Mei 2012
Tanggal
30 Mei 2012
Tanggal
31 Mei 2012
Tanggal
1 Mei 2012
|
47
47
47
47
|
37,7
46,0
36,3
46,6
|
80,2
97,8
77,23
99,14
|
Grafik
Intake Lemak dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut
Gambar 3.3. Grafik Tingkat Konsumsi
Lemak
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa intake
lemak rata-rata pasien 91,39%. Pada saat
sebelum intervensi intake lemak masih kurang, pada hari pertama setelah
intervensi mulai meningkat, kemudian hari ke dua menurun, dan hari ke tiga
meningkat kembali meskipun belum sesuai dengan kebutuhan. Pada hari pertama dan
ketiga intake lemak meningkat dikarenakan kondisi fisik pasien yang cukup
membaik sehingga asupan makanan yang masuk di tubuh di terima dengan baik pula,
sedangkan pada hari kedua asupan lemak menurun disebabkan karena kondisi pasien
yang mengalami penurunan dayah tahan tubuh yaitu pasien mengalami lemas dan
lemah sehingga asupan lemak berkurang.
4. Intake Karbohidrat
Data
intake Karbohidrat pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksanaan
studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.4 Intake Karbohidrat Sehari Sebelum Pengambilan
Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus Rawat Jalan
|
Tanggal
|
Kebutuhan
(Kalori)
|
Intake
|
% Tingkat Konsumsi
|
|
Tanggal
29 Mei 2012
Tanggal
30 Mei 2012
Tanggal
31 Mei 2012
Tanggal
1 Mei 2012
|
315
315
315
315
|
157,0
154,3
152,0
168,3
|
49,84
48,9
48,25
53,42
|
Grafik Intake
Karbohidrat dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :
Gambar 3.4 Grafik Tingkat Konsumsi
Karbohidrat
Berdasarkan
tabel 3.4 dapat diketahui bahwa intake karbohidrat rata-rata pasien 50,19%. Pada
saat sebelum intervensi intake karbohidrat masih kurang, pada hari pertama dan
kedua setelah intervensi masih menurun disebabkan karena keadaan pasien yang
lemah sehingga asupan lemak berkurang, kemudian pada hari ke tiga asupan lemak
mengalami peningkatan kembali dilihat kondisi pasien yang semakin membaik
meskipun belum sesuai dengan kebutuhan.
5. Intake
Natrium
Data
intake Natrium pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksanaan
studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Intake Natrium Sehari
Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus Rawat Jalan
|
Tanggal
|
Kebutuhan
(mg)
|
Intake
|
% Tingkat Konsumsi
|
|
Tanggal
29 Mei 2012
Tanggal
30 Mei 2012
Tanggal
31 Mei 2012
Tanggal
1 Mei 2012
|
150
150
150
150
|
228,1
174,1
201,6
209,6
|
152
116
134,4
139,73
|
Grafik Intake
Karbohidrat dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut :
![]() |
Gambar 3.5 Grafik Tingkat Konsumsi Natrium
Berdasarkan tabel 3.5 dapat
diketahui bahwa intake Natirum rata-rata pasien 129,71%. Pada saat sebelum intervensi dan hari kedua
dan ketiga setelah intervensi intake natrium melebihi dari kebutuhan hal ini
disebabkan karena makanan yang
dikonsumsi oleh pasien banyak mengandung natrium yang melebihi dari kebutuhan
yang dianjurkan misalnya daging dan ikan laut. Sedangkan pada hari pertama setelah
intervensi kadar natrium menurun disebabkan bahan makanan yang dikonsumsi
asupan natriumnya tidak begitu tinggi.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan
dapat disimpulkan :
a.
Berdasarkan anamnesa data subyektif dan
obyektif pasien penderita penyakit Diabetes Mellitus + Ganggren.
- Berdasarkan hasil pengukuran antropometri nilai IMT 24,65 dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki status gizi normal.
- Pasien diberikan diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
a. Energi
: 2100 Kal
b.
Protein :
105 gr
c.
Lemak :
47 gr
d.
KH : 315 gr
d.
Rata-rata intake pasien selama 3 hari
penanganan, jika dibandingkan dengan kebutuhan termasuk kategori kurang. Untuk
konsumsi energi (59,28%), protein (50,66%)
dan lemak (91,39%) dan sedangkan pada tingkat karbohidrat asupannya masih kurang dari
kebutuhan yang dianjurkan yaitu (50,19%). Pada intake energi termasuk kategori
kurang dikarenakan asupan dari sebelum intervensi sampai hari ketiga kondisi
pasien masih dalam keadaan lemah sehingga intake energi belum mencapai
kebutuhan. Pada intake protein masih dalam kategori kurang dikarenakan sebelum
intervensi sampai sesudah intervensi pola makan pasien masih kurang baik
disebabkan karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah. Pada intake Lemak
masih termasuk dalam kategori kurang, disebabkan karena kondisi pasien yang
kurang baik sehingga asupan lemak belum mencapai kebutuhan yang dianjurkan,
sedangkan intake karbohidrat termasuk kategori kurang, karena kurangnya nafsu
makan yang dialami oleh pasien.
e.
Berat badan pasien selama 3 hari
penanganan tidak mengalami perkembangan yaitu sebesar 60 kg dengan status gizi normal.
f.
Perkembangan fisik pasien mengalami
perubahan yang semakin baik selama 3 hari.
g. Pemahaman
pasien terhadap materi konseling sudah menunjukkan respon yang baik. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya komunikasi dua arah yang berjalan dengan baik selama
penyuluhan.
h. Tingkat kepatuhan pasien terhadap prinsip 3J
masih belum diterapkan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan kurang patuhnya
pasien terhadap tepat porsi, jadwal serta jenis bahan makanan yang baik.
4.2
SARAN
- Dilakukan penyuluhan ke pasien dan keluarga pasien agar memperhatikan dietnya untuk dijalankan setelah pulang dari Rumah Sakit.
- Pasien dan keluarga pasien melaksanakan aturan diet sesuai dengan anjuran diet yang diberikan.
- Pasien menjalankan aktifitas atau olahraga secara teratur untuk menjaga kesehatan.
d. Hendaknya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium
berikutnya untuk mengetahui perkembangan
kondisi pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Elliott M.Antman,Eugene Braunwald;Acute
MyocardialInfarction;Harrison’s Principles of Medicine 15th edition,2005,page
1-17.
2. Foster,
Daniel W., 2000. Diabetes Mellitus. In : Asdie, Ahmad H., ed. Harrison
Prinsip-Prinsip
Ilmu Penyakit Dala. Volume
5. Jakarta: EGC.
3. Smeltzer,
Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.
4. Pusat
Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Tahun 2030
Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang .02
Juni 2012. Puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id,kontak@puskom.depkes.go.id


Diagnosis nya salah
BalasHapus